Rabu, 16 Maret 2016

Kumpulan Soal


Contoh soal Statistika :
http://www.academia.edu/8222858/Contoh_soal_Statistika

Kumpulan soal UN matematika SMA :
http://matematikastudycenter.com/bank-soal-un-matematika-sma/59-bank-soal-un-sma-statistik-ukuran-pemusatan-data

Pembahasan soal UN Statistika :


Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji Hipotesis Dua Rata-rata

Kemiringan dan Keruncingan

Aplikasi STATA ( Statistika dan Data )




klik disini!!



Aplikasi R-Project




klik disini!!



Aplikasi Eviews ( Economic Views )




klik disini!!



Aplikasi AMOS ( Analysis of Moment )





klik disini!!



Aplikasi LISREL ( Linear Structural Relationship )




klik disini!!



Aplikasi SAS ( Statistical Analysis System )



klik disini!!



Aplikasi Minitab




klik disini!!



Aplikasi SPSS




Klik disini!!



Bapak Statistika







Bapak Statistika



John Graunt

John Graunt merupakan bapak statistik pertama karena dia yang pertama kali deal with vital statistic, dan statistisi pertama yang belajar S2 di Royal Society London. Graunt dikenal sebagai orang yang memiliki pendidikan bagus, cerdas, rajin dan paham bahasa Lati dan Prancis.



Terkenalnya Graunt bertumpu pada sebuah karya kecil yang sering disebut sebagai Observations on the Bills o Mortality. Dia adalah yang pertama menyimpulkan konsekuns penting dari Bills of Mortality. Ia pada dasarnya bekerja untuk tujuan negara. Sejak saat itu kedudukan yang tinggi diberikan kepadanya, dia tidak pernah meninggalkan masyarakat saat itu.
Bagian yang paling menarik dari Pengamatan Graunt adalah Life Table. Ini ditemukan dalam “Of The Number Of Inhabitants. Yakni sebagai berikut (dalam bahasa Inggris).

Whereas we have found, that of 100 quick Conceptions about 36 of them die before they be six years old, and that perhaps but one surviveth 76, we, having seven Decadsbetween six and 76, we sought six mean proportional numbers between 64, the remainer, living at six years, and the one, which survives 76, and find, that the numbers following are practically near enough to the truth; for men do not die in exact Proportions, nor in Fractions: from when arises this Table following.
  
viz. of 100 there dies within the first six years  36
the next ten years, or decad                                24
the second decad                                                15
the third decad                                                    9
the fourth                                                            6
the next                                                               4
the next                                                               3

From whence it follows, that of the said 100 conceived there remains alive at six years end 64.
 at sixteen years end                                        40
 at twenty six                                                   25
 at thirty six                                                     16
 at fourty six                                                    10
 at fifty six                                                       6
 at sixty [six]                                                    3
 at seventy [six]                                               1
 at eighty [six]                                                 0

It follows also, That of all, which have been conceived, there are now alive 40 per Cent. above sixteen years old, 25 above twenty six years old, & sic deinceps, as in the above Table: there are therefore of Aged between 16, and 56, the number of 40, less by six, viz. 34; of between 26, and 66, the number of 25 less by three, viz. 22: sic deniceps.


Daftar pustaka

Statistik kelas 6 SD

Selasa, 15 Maret 2016

Ukuran Keruncingan

Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji Hipotesis Dua Rata-rata

Pengertian Statistika

Mind Map Suku Banyak






Pengelolaan Peserta Didik

A.       Pengertian Peserta Didik

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).
            Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip Yahya (2008 : 113), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”.

B.       Pengertian Pengelolaan Peserta Didik

Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan/ pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Menurut Kenezevich (1961) mengartikan bahwa pengelolaan peserta didik adalah suatu layanan yang memusatkan perhatian, pengaturan, pengawasan dan layanan siswa dikelas diluar kelas, seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan minat, kebutuhan sampai matang disekolah.
Menurut ketentuan Umum pasal III ayat 4 UU. Sisdiknas No.20 tahun 2003, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pad jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

C.       Tujuan dan Fungsi

Tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar disekolah, lebih lanjut proses belajar mengajar disekolah berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan (Ali Imron.2003).
Fungsi pengelolaan peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi individualnya, social, asperasinya, segi kebutuhan dan potensi peserta didik.

D.       Rekrutmen Peserta Didik

Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan peserta didik yang baru. Sebelum kegiatan ini dimulai, pengelola PAUD terlebih dahulu membentuk panitia  yang terdiri dari :
Ketua                          : Kepala Sekolah
Sekertaris                    : Salah seorang guru
Bendahara                   : Bendahara Sekolah 
Seksi Pendaftaran       : Maksimum 3 (tiga) orang guru
Adapun tugas dari panitia ini adalah mengadakan pendaftaran calon peserta didik, seleksi, pendaftaran kembali peserta didik yang diterima dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan penerimaan calon peserta didik kepada pengelola lembaga didik.
Rekrutmen ini mencakup:

1. Iklan (open house),  open house biasanya dilakukan untuk memperkenalkan sekolah serta sistem pembelajaran disekolah juga meliputi sarana dan prasarana. Ketika open house berlangsung biasanya sekolah juga menyediakan formulir pendaftaran.

2. Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi formulir pendaftaran, dan untuk mengetahui banyaknya orangtua peserta didik yang berminat untuk menyekolahkan anaknya.

3.   Syarat-syarat pendaftaran diperlukan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi peserta didik, seperti:
a.       Akte kelahiran anak
b.      Formulir data anak yang meliputi, data wali murid , kalau memungkinkan data orang –orang yang tinggal serumah dengan anak baik itu keluarga maupun pengasuh
c.       Riwayat kesehatan anak, imunisasi, riwayat alergi makanan atau obat, dan lain-lain.

4.  Seleksi (placement test), untuk anak usia dini biasanya dilakukan ketika daya tampung kelas terbatas, maka anak dengan usia yang sesuai dengan persyaratan didahulukan.atau seleksi dengan psikotes, sehingga dapat mendeteksi anak yang berkebutuhan khusus ketika sekolah tidak menyediakan kelas untuk anak yang berkebutuhan khusus.

5.  Pengumuman/ daftar ulang, ini dilakukan untuk mengumumkan hasil placement test serta daftar ulang digunakan untuk kepastian anak-anak yang masuk, biasanya dengan membayar uang sarana dan prasarana sekolah.

6.  Orientasi calon peserta didik, sebelum peserta didik mengikuti pelajaran pada sekolah yang baru diadakan masa orientasi. Adapun tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta didik antara lain adalah :
a.       Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di kelas, kegunaan masing masing tempat, serta pengenalan  peraturan  dan tata tertib sekolah
b.      Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah berserta tugasnya masing-masing.
c.       Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.
d.      Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah,
e.       Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga sekolah yang lama harus bersikap ramah kepada calon peserta didik dan selalu siap membantu apabila diperlukan.

E.          Penempatan Peserta Didik

Sebelum peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Menurut William A. Jeager yang diperhatikan dalam pengelompokkan belajar yaitu:
1.      Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan peserta didik menurut umur, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.      Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan peserta didik berdasarkan pada perbedaan individu, misalnya: bakat, kemampuan, minat dan sebagainya.

      Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :
1.      Friendship Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan kesukaan di dalam memilih teman diantaranya peserta didik itu sendiri.
2.      Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini adalah campuran antara peserta didik yang berprestasi tinggi dan peserta didik yang berprestasi rendah.
3.      Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri.
4.      Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.
5.      Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test intelegensi yang diberikan kepada peserta didik. 

F.        Pembinaan Peserta Didik

  Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik serta prestasi yang ditempuh peserta didik, memerlukan data otentik yang dapat dipercaya serta memiliki keabsahan. Karena kemajuan peserta didik merupakan faktor yang sangat vital bagi kebutuhan perkembangan berlangsungnya proses pendidikan.
            Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pengaruh itu adalah penilaian yang dilakukan oleh para guru atau lembaga kependidikan. Berarti pula bahwa penilaian-penilaian menurut keobjektifan dari penilai. Nilai kemajuan peserta didik dilakukan dengan cara mengisi buku laporan pendidikan atau raport. Isi dari raport tersebut adalah laporan perkembangan pada setiap aspek perkembangan anak sesuai dengan petunjuk kurikulum yang sudah diprogramkan bagi tujuan masing-masing lembaga pendidikan. Raport yang berisikan kemajuan peserta didik mempunyai arti yang sangat penting bagi kontrol kemajuan aspek perkembangan peserta didik selama berada di sekolah tersebut, sampai peserta didik itu selesai dan melanjutkan ke sekolah/jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
1.      Pencatatan dan pelaporan kemajuan peserta didik:
a.       Buku Induk
b.      Buku Klepper
c.       Daftar Presensi
d.      Daftar Mutasi
e.       Pencatatan Pribadi Peserta Didik
f.       Daftar Nilai
g.      Legger
h.      Raport (BLP)

2.      Peranan guru dalam pelayanan peserta didik
a.       Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya
b.      Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bgi peserta didik baru tentang kelas dan tata tertib sekolah
c.       Evaluasi dann pelaporan perkembangan peserta didik
d.      Program bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus
e.       Pengendalian disiplin peserta didik
f.       Program bimbingan dan penyuluhan
g.      Program kesehatan dan keamanan
h.      Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional peserta didik
i.        Pelayanan diarahkan kepada
1)      Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;
2)      Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses belajar mengajar.
3)      Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.
4)      Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan
5)      Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar.
j.        Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik
1)      Penyesuaian bidang-bidang studi yang akan dipelajari;
2)      Penyesuaian situasi sekolah sebagai lembaga yang membina pada proses pendidikan.
3)      Identifikasi terhadap pribadi
4)      Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan
5)      Memilih bakat, minat dan kegemaran
6)      Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi
7)      Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu
8)      Menentukan langkah apa yang harus ditempuh jika menemukan kesulitan belajar
9)      Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan, dan
10)  Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.

3.      Disiplin kelas

      Di dalam pembicaraan disiplin, dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adlah disiplin dan ketertiban. Diantara kedua istilah tersebut terleih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993:114). 14
            Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh sesuatu yang datangdari luar. Sedangkan disiplin menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Dengan demikian, disiplin kelas (dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10) adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.
            Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah. Satu keuntungan lain dari adanya displin adalah siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal. 

4.      Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

      Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Disamping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin di kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh subur.
Di bawah ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas :

a.       Teknik “Inner Control”
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dan pada akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self dicipline) Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri.

b.      Teknik “External control”
Teknik external control yaitu mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam menumbuhkan disiplin cenderung melakukan “pengawasan” (yang kadang perlu diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).

c.       Teknik “Cooperative control”
Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru dan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib.

 Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (instropeksi) dan pengendalian dirinya (self control). Karena itu teknik cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yang menuntut kedewasaan) dan ekternal control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).

5.      Problematika Hukuman Bagi Peserta Didik

     Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang perlu, kendatipun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran yang perlu diambil.Karena itu hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip (Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh Maman Rahman :1998) sebagai berikut :
a.       Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan.
b.      Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan.
c.       Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional.
d.       Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir kejadian.
e.       Hindari hukuman yang bersifat badaniah/fisik.
f.       Jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang.
g.      Jangan memberi tugas tambahan sebgai hukuman.
h.      Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.
i.        Pelajari tipe hukuman yang diijinkan sekolah.
j.        Jangan menggunakan stndar hukuman ganda.
k.      Jangan mendendam.
l.        Konsisten dengan pemberian hukuman.
m.    Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.
n.      Jangan memberi hukuman berdasar selera.

G.       Solusi Dalam Pengelolaan Peserta Didk Menurut Kathy Lee

Kathy  Lee didalam bukunya, menawarkan solusi pada pengelolaan peserta didik di lembaga PAUD, dengan berbagai macam pemecahan masalah yang harus dapat dikuasai oleh pengelola, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sebuah lembaga PAUD. Sehingga proses pengembangan peserta didik bisa tercapai dengan optimal sesuai dengan visi dan misi lembaga.
            Solusi-solusi itu antara lain:
1.      How to help teacher understand tehe difference between a child-centered and teacher-directed curriculum, yaitu bagaimana membantu guru agar mengerti perbedaan diantara siswa yang menjadi pusat belajar atau guru yang menjadi pelaksana kurikulum ( guru sebagai pusat belajar ).
2.      How to learn children names, yaitu bagaimana dapat mengingnat dan mengenal nama anak-anak dengan begitu cepat diawal tahun ajaran, karena hal ini sangat penting untuk kenyamanan anak-anak yang merupakan sebagian faktor keberhasilan pembelajaran.
3.      Why greeting children is important, yaitu menyapa anak dipagi hari sangat penting bagi guru, pengelola, ataupun tenaga kependidikan untuk melakukan hal diatas agar ketika guru tidak masuk atau orangtua yang bertanya, bisa menjawab dengan baik, dan dapat mengenali serta memahami anak dengan baik.
4.      How to handle discipline, yaitu bagaimana menegakkan disiplin bagi anak-anak maupun gurunya disekolah. Bisa dilakukan antara lain dengan mengkomunikasikan masalah disiplin terhadap guru, anak-anak, maupun orangtua peserta didik.
5.      How to handle special-needs children, yaitu bagaimana menangani anak berkebutuhan khusus. Sebaiknya pengelola berhati-hati ketika menerima murid baru, yang terkadang tidak terdeteksi bahwa anak itu mempunyai kelainan. Hal ini bisa dikomunikasikan dengan orangtua agar menindaklanjuti pemeriksaan dan penanganan khusus bagi anaknya. Bila pengelola berniat untuk menerima anak berkebutuhan khusus, maka pengelola harus mempunya program tersendiri untuk anak tersebut dan berkonsultasi dengan ahlinya bila perlu.
6.      How to handle children on special diets, yaitu bagaimana menangani anak yang sedang menjalani diet khusus. Kita perlu ingat bahwa hal ini terjadi karena orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Sebagai pengelola atau tenaga pendidik, kita bertugas untuk menjalankan keinginan orangtua disekolah bagi anaknya salah satunya dengan cara mendisiplinkan anak untuk bisa memakan makanan yang disediakan untuknya.
7.      What to do when children are sick, yaitu bagaimana ketika anak jatuh sakit sebaiknya pengelola mempunyai alat-alat P3K misalnya temperatur yang bisa digunakan untuk mengukur demam anak. Yang lebih penting adalah guru dapat mengenali gejala sakit anak, demam, dan hari ketika anak itu sakit. Sehingga anak dapat terawat dengan baik dan diusahakan tidak menulari temannya.
8.      How to children with allegies, yaitu bagaimana mengatasi anak yang teserang alergi dikelas. Data-data mengenai kesehatan anak, khususnya mengenai alergi harus diingat dengan baik oleh pendidik, pengelola, dan tenaga kependidikan yang terjadi pada masing-masing anak. Mereka juga harus detraining untuk penanganan pertolongan pertama pada reaksi alergi.
Sumber :




Gaya Belajar
A.    Pengertian Gaya Belajar
Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar.
Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran.

B.     Macam-macam Gaya Belajar
1.      Visual ( Visual learners )
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

a.       Ciri-ciri gaya belajar Visual

1.      Bicara agak cepat
2.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3.      Tidak mudah terganggu oleh keributan
4.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5.      Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6.      Pembaca cepat dan tekun
7.      Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8.      Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9.      Lebih suka musik dari pada seni
10.  Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

b.      Strategi yang digunakan

1.    Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2.    Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3.    Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4.    Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5.    Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

c.       Kekurangan

1.    Susah belajar dalam suasana yang ramai , ribut dan banyak gangguan,
2.    Susah memahami penjelasan guru tanpa disertai dengan gambar atau grafik,
3.    Terganggu konsentrasinya saat melihat tampilan (baik penampilan seseorang atau tampilan suatu informasi) yang menurutnya tidak menarik atau justru jelek.

2.      Auditori ( Auditory Learners )

Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
a.       Ciri-ciri

1.      Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2.      Penampilan rapi
3.      Mudah terganggu oleh keributan
4.      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5.      Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6.      Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7.      Biasanya ia pembicara yang fasih
8.      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9.      Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10.  Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11.  Berbicara dalam irama yang terpola
12.  Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

b.      Strategi yang digunakan

1.      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2.      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3.      Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5.      Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.


c.       Kelemahan

1.    Tidak membaca dengan baik (umumnya membaca dengan pelan).
2.    Susah menginggat sesuatu jika membacanya tanpa menggunakan suara.
3.    Susah untuk membuat karangan.
4.    Susah diam dalam waktunya cukup lama.
5.    Mudah terganggu dengan keributan.

3.      Kinestetik ( Kinesthetic Learners )
Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
a.       Ciri-ciri

1.      Berbicara perlahan
2.      Penampilan rapi
3.      Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4.      Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5.      Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6.      Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7.      Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8.      Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9.      Menyukai permainan yang menyibukkan
10.  Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11.  Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

b.      Strategi yang digunakan

1.        Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2.        Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil menggunakan gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3.        Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4.        Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5.        Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

c.       Kelemahan

1.        Mudah gelisah dan frustasi dalam mendengarkan sesuatu sambil duduk dalam waktu yang lama, sehingga membutuhkan sedikit istirahat .
2.        Kurang baik dalam melakukan pengejaan kata.
3.        Jika membaca menggunakan jari telunjuk .
4.        Kurang menguasai dalam bidang geografi.
                               



DAFTAR PUSTAKA

Haryanto.”Macam-macam Gaya Belajar”.16 Februari 2016. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/
Rahayu, Minarti.”Pengertian Gaya Belajar & Macam-macam Gaya Belajar”.16 Februari 2016. http://minartirahayu.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-gaya-belajar-berbagai-macam.html
Armansyah, Wawang.”Macam-macam Gaya Belajar Serta Kelemahan dan Kelebihannya”.16 Februari 2016. http://www.belajarbagus.com/2015/03/gaya-belajar.html