Pengelolaan Peserta Didik
A.
Pengertian Peserta Didik
Dalam pengertian umum, anak didik
adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik
adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab
pendidik (Yusrina, 2006).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip
Yahya (2008 : 113), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah
“anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”.
B.
Pengertian Pengelolaan Peserta Didik
Dalam hal ini pengelolaan peserta
didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu
penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan
peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan/ pengelolaan data peserta
didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional
dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Menurut Kenezevich (1961)
mengartikan bahwa pengelolaan peserta didik adalah suatu layanan yang
memusatkan perhatian, pengaturan, pengawasan dan layanan siswa dikelas diluar
kelas, seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan minat, kebutuhan sampai matang disekolah.
Menurut ketentuan Umum pasal III
ayat 4 UU. Sisdiknas No.20 tahun 2003, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pad jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
C.
Tujuan dan Fungsi
Tujuan umum pengelolaan peserta
didik adalah mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar disekolah, lebih lanjut proses belajar
mengajar disekolah berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan (Ali Imron.2003).
Fungsi pengelolaan peserta didik
adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi individualnya, social, asperasinya,
segi kebutuhan dan potensi peserta didik.
D.
Rekrutmen Peserta
Didik
Setiap tahun ajaran baru, sekolah
disibukkan oleh penerimaan peserta didik yang baru. Sebelum kegiatan ini
dimulai, pengelola PAUD terlebih dahulu membentuk panitia yang terdiri dari :
Ketua : Kepala Sekolah
Sekertaris : Salah seorang guru
Bendahara : Bendahara Sekolah
Seksi Pendaftaran : Maksimum 3 (tiga) orang guru
Adapun tugas dari panitia ini
adalah mengadakan pendaftaran calon peserta didik, seleksi, pendaftaran kembali
peserta didik yang diterima dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan
penerimaan calon peserta didik kepada pengelola lembaga didik.
Rekrutmen ini mencakup:
1. Iklan (open house), open house biasanya dilakukan untuk
memperkenalkan sekolah serta sistem pembelajaran disekolah juga meliputi sarana
dan prasarana. Ketika open house berlangsung biasanya sekolah juga menyediakan
formulir pendaftaran.
2. Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi
formulir pendaftaran, dan untuk mengetahui banyaknya orangtua peserta didik
yang berminat untuk menyekolahkan anaknya.
3. Syarat-syarat pendaftaran diperlukan
untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi peserta didik,
seperti:
a. Akte kelahiran anak
b. Formulir data anak yang meliputi, data
wali murid , kalau memungkinkan data orang –orang yang tinggal serumah dengan
anak baik itu keluarga maupun pengasuh
c. Riwayat kesehatan anak, imunisasi,
riwayat alergi makanan atau obat, dan lain-lain.
4. Seleksi (placement test), untuk anak usia
dini biasanya dilakukan ketika daya tampung kelas terbatas, maka anak dengan
usia yang sesuai dengan persyaratan didahulukan.atau seleksi dengan psikotes,
sehingga dapat mendeteksi anak yang berkebutuhan khusus ketika sekolah tidak
menyediakan kelas untuk anak yang berkebutuhan khusus.
5. Pengumuman/ daftar ulang, ini dilakukan
untuk mengumumkan hasil placement test serta daftar ulang digunakan untuk
kepastian anak-anak yang masuk, biasanya dengan membayar uang sarana dan
prasarana sekolah.
6. Orientasi calon peserta didik, sebelum
peserta didik mengikuti pelajaran pada sekolah yang baru diadakan masa
orientasi. Adapun tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta didik antara
lain adalah :
a. Memperkenalkan nama-nama tempat di
sekolah dan di kelas, kegunaan masing masing tempat, serta pengenalan peraturan
dan tata tertib sekolah
b. Mengenalkan peserta didik dengan
orang-orang yang berada di lingkungan sekolah berserta tugasnya masing-masing.
c. Peserta didik dapat mengerti dan mentaati
segala peraturan yang berlaku di sekolah.
d. Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan
sekolah,
e. Agar calon peserta didik merasa betah di
sekolah, semua warga sekolah yang lama harus bersikap ramah kepada calon
peserta didik dan selalu siap membantu apabila diperlukan.
E.
Penempatan Peserta Didik
Sebelum peserta didik yang telah
diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan
dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Menurut William A. Jeager yang
diperhatikan dalam pengelompokkan belajar yaitu:
1. Fungsi integrasi yaitu dalam
pengelompokkan peserta didik menurut umur, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Fungsi perbedaan, yaitu dalam
pengelompokkan peserta didik berdasarkan pada perbedaan individu, misalnya:
bakat, kemampuan, minat dan sebagainya.
Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik
ada lima macam, yaitu :
1. Friendship Grouping. Pengelompokkan
peserta didik berdasarkan kesukaan di dalam memilih teman diantaranya peserta
didik itu sendiri.
2. Achievement Grouping. Pengelompokkan
belajar dalam hal ini adalah campuran antara peserta didik yang berprestasi
tinggi dan peserta didik yang berprestasi rendah.
3. Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta
didik berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki
oleh peserta didik itu sendiri.
4. Attention or Interest Grouping.
Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas perhatian atau minat yang
didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.
5. Intelligence Grouping. Pengelompokkan
yang didasarkan atas hasil test intelegensi yang diberikan kepada peserta
didik.
F.
Pembinaan Peserta
Didik
Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik serta prestasi yang ditempuh
peserta didik, memerlukan data otentik yang dapat dipercaya serta memiliki
keabsahan. Karena kemajuan peserta didik merupakan faktor yang sangat vital
bagi kebutuhan perkembangan berlangsungnya proses pendidikan.
Tinggi rendahnya kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pengaruh itu
adalah penilaian yang dilakukan oleh para guru atau lembaga kependidikan.
Berarti pula bahwa penilaian-penilaian menurut keobjektifan dari penilai. Nilai
kemajuan peserta didik dilakukan dengan cara mengisi buku laporan pendidikan
atau raport. Isi dari raport tersebut adalah laporan perkembangan pada setiap
aspek perkembangan anak sesuai dengan petunjuk kurikulum yang sudah
diprogramkan bagi tujuan masing-masing lembaga pendidikan. Raport yang
berisikan kemajuan peserta didik mempunyai arti yang sangat penting bagi
kontrol kemajuan aspek perkembangan peserta didik selama berada di sekolah
tersebut, sampai peserta didik itu selesai dan melanjutkan ke sekolah/jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
1. Pencatatan dan pelaporan kemajuan peserta
didik:
a. Buku Induk
b. Buku Klepper
c. Daftar Presensi
d. Daftar Mutasi
e. Pencatatan Pribadi Peserta Didik
f. Daftar Nilai
g. Legger
h. Raport (BLP)
2. Peranan guru dalam pelayanan peserta
didik
a. Kehadiran peserta didik dan
masalah-masalahnya
b. Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan
petunjuk bgi peserta didik baru tentang kelas dan tata tertib sekolah
c. Evaluasi dann pelaporan perkembangan
peserta didik
d. Program bagi peserta didik yang
berkebutuhan khusus
e. Pengendalian disiplin peserta didik
f. Program bimbingan dan penyuluhan
g. Program kesehatan dan keamanan
h. Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional
peserta didik
i. Pelayanan diarahkan kepada
1) Perkembangan kreativitas, bakat dan minat
anak;
2) Keikutsertaan dalam memiliki sekolah
sebagai lembaga pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman,
keterampilan secara langsung melalui proses belajar mengajar.
3) Sikap mandiri serta disiplin diri,
percaya diri bahwa dirinya memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.
4) Pembentukan moral dan etika sebagai
peserta didik, dan
5) Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi
kesulitan belajar.
j. Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan
peserta didik
1) Penyesuaian bidang-bidang studi yang akan
dipelajari;
2) Penyesuaian situasi sekolah sebagai
lembaga yang membina pada proses pendidikan.
3) Identifikasi terhadap pribadi
4) Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan
5) Memilih bakat, minat dan kegemaran
6) Membantu menelaah situasi pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi
7) Memberikan gambaran situasi pendidikan
secara terpadu
8) Menentukan langkah apa yang harus
ditempuh jika menemukan kesulitan belajar
9) Kesukaran penyesuaian diri dengan
lingkungan, dan
10) Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.
3. Disiplin kelas
Di dalam pembicaraan disiplin,
dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu
sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adlah disiplin dan ketertiban.
Diantara kedua istilah tersebut terleih dahulu terbentuk pengertian ketertiban,
baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993:114). 14
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan
seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh
sesuatu yang datangdari luar. Sedangkan disiplin menunjuk pada kepatuhan
seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh
adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Dengan demikian, disiplin kelas
(dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10) adalah keadaan tertib dalam suatu
kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah
ditetapkan.
Dengan disiplin para siswa bersedia
untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam
rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas
sekolah. Satu keuntungan lain dari adanya displin adalah siswa belajar hidup
dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan
dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang
lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau
kebebasan siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka siswa
akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Di sekolah, disiplin banyak
digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas
sekolah dapat berjalan dengan optimal.
4. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Penanggulangan pelanggaran
disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan
edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap
memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan
oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan
sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya
bukan pada pribadi peserta didik. Disamping itu juga harus tetap menjaga
perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau
emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin di kelas sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa seperti
lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu menjalin kerja sama dengan
orang tua siswa, agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu
semakin tumbuh subur.
Di bawah ini dikemukakan tiga
jenis teknik pembinaan disiplin kelas :
a. Teknik “Inner Control”
Teknik ini sangat disarankan untuk
digunakan guru-guru dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini
menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dan pada akhirnya disiplin
harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self
dicipline) Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat mengendalikan
dirinya sendiri.
b. Teknik “External control”
Teknik external control yaitu
mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam
menumbuhkan disiplin cenderung melakukan “pengawasan” (yang kadang perlu
diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).
c. Teknik “Cooperative control”
Dengan teknik ini, pembinaan
disiplin kelas dilakukan dengan bekerja sama guru dengan peserta didik dalam
mengendalikan situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan.
Dimana guru dan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap
pelanggaran tata tertib.
Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses
pembinaan disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan individual peserta didik
dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (instropeksi) dan pengendalian dirinya
(self control). Karena itu teknik cooperative control sangat dianjurkan untuk
menetralisir teknik inner control (yang menuntut kedewasaan) dan ekternal
control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).
5. Problematika Hukuman Bagi Peserta Didik
Pemberian hukuman dalam upaya
penegakan disiplin memang perlu, kendatipun kadang-kadang hukuman kurang
efektif dari ganjaran yang perlu diambil.Karena itu hukuman yang diberikan
kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip (Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh Maman Rahman :1998)
sebagai berikut :
a. Hukuman diberikan secara hormat dan
penuh pertimbangan.
b. Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman
diberikan.
c. Hindarkan pemberian hukuman pada saat
marah atau emosional.
d. Hukuman hendaknya diberikan pada awal
kejadian dari pada akhir kejadian.
e. Hindari hukuman yang bersifat
badaniah/fisik.
f. Jangan menghukum kelompok/kelas apabila
kesalahan dilakukan oleh seseorang.
g. Jangan memberi tugas tambahan sebgai
hukuman.
h. Yakini bahwa hukuman sesuai dengan
kesalahan.
i. Pelajari tipe hukuman yang diijinkan
sekolah.
j. Jangan menggunakan stndar hukuman
ganda.
k. Jangan mendendam.
l. Konsisten dengan pemberian hukuman.
m. Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.
n. Jangan memberi hukuman berdasar selera.
G.
Solusi Dalam
Pengelolaan Peserta Didk Menurut Kathy Lee
Kathy Lee didalam bukunya, menawarkan solusi pada
pengelolaan peserta didik di lembaga PAUD, dengan berbagai macam pemecahan
masalah yang harus dapat dikuasai oleh pengelola, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di sebuah lembaga PAUD. Sehingga proses pengembangan peserta didik
bisa tercapai dengan optimal sesuai dengan visi dan misi lembaga.
Solusi-solusi itu antara lain:
1. How to help teacher understand tehe
difference between a child-centered and teacher-directed curriculum, yaitu
bagaimana membantu guru agar mengerti perbedaan diantara siswa yang menjadi
pusat belajar atau guru yang menjadi pelaksana kurikulum ( guru sebagai pusat
belajar ).
2. How to learn children names, yaitu
bagaimana dapat mengingnat dan mengenal nama anak-anak dengan begitu cepat
diawal tahun ajaran, karena hal ini sangat penting untuk kenyamanan anak-anak
yang merupakan sebagian faktor keberhasilan pembelajaran.
3. Why greeting children is important, yaitu
menyapa anak dipagi hari sangat penting bagi guru, pengelola, ataupun tenaga
kependidikan untuk melakukan hal diatas agar ketika guru tidak masuk atau
orangtua yang bertanya, bisa menjawab dengan baik, dan dapat mengenali serta
memahami anak dengan baik.
4. How to handle discipline, yaitu bagaimana
menegakkan disiplin bagi anak-anak maupun gurunya disekolah. Bisa dilakukan
antara lain dengan mengkomunikasikan masalah disiplin terhadap guru, anak-anak,
maupun orangtua peserta didik.
5. How to handle special-needs children,
yaitu bagaimana menangani anak berkebutuhan khusus. Sebaiknya pengelola
berhati-hati ketika menerima murid baru, yang terkadang tidak terdeteksi bahwa
anak itu mempunyai kelainan. Hal ini bisa dikomunikasikan dengan orangtua agar
menindaklanjuti pemeriksaan dan penanganan khusus bagi anaknya. Bila pengelola
berniat untuk menerima anak berkebutuhan khusus, maka pengelola harus mempunya
program tersendiri untuk anak tersebut dan berkonsultasi dengan ahlinya bila
perlu.
6. How to handle children on special diets,
yaitu bagaimana menangani anak yang sedang menjalani diet khusus. Kita perlu
ingat bahwa hal ini terjadi karena orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya.
Sebagai pengelola atau tenaga pendidik, kita bertugas untuk menjalankan
keinginan orangtua disekolah bagi anaknya salah satunya dengan cara
mendisiplinkan anak untuk bisa memakan makanan yang disediakan untuknya.
7. What to do when children are sick, yaitu
bagaimana ketika anak jatuh sakit sebaiknya pengelola mempunyai alat-alat P3K
misalnya temperatur yang bisa digunakan untuk mengukur demam anak. Yang lebih
penting adalah guru dapat mengenali gejala sakit anak, demam, dan hari ketika
anak itu sakit. Sehingga anak dapat terawat dengan baik dan diusahakan tidak
menulari temannya.
8. How to children with allegies, yaitu
bagaimana mengatasi anak yang teserang alergi dikelas. Data-data mengenai
kesehatan anak, khususnya mengenai alergi harus diingat dengan baik oleh
pendidik, pengelola, dan tenaga kependidikan yang terjadi pada masing-masing
anak. Mereka juga harus detraining untuk penanganan pertolongan pertama pada
reaksi alergi.
Sumber :